Sabtu, 03 September 2011

cerpen: i'm fine

nah, kalo ini baru cerpen buatan gue sendiri. tapi, idenya gak dari gue asli sih, dari seseorang yang menganggap gue temen deketnya :D ini sih cuma coba-coba buat cerpen, yahh kalo bagus alhamdulillah yahh, kalo engga yahh jadi pembelajaran aja. mau tau cerpennya? silahkan dibaca~

“Aduh, mana sih Ayu?” Kata Indra “Tau nih! Gak becus banget deh kalo disuruh!” Kata Dea menggerutu. “Sabar, jangan emosi dulu deh” Kata Ardi menenangkan teman-temannya yang sedang menunggu Ayu yang sedang meminta izin kepada Pembina ekskul PMR untuk kegiatan mencari dana sosial yang dibutuhkan untuk salah satu acara PMR untuk orang-orang yang tidak mampu. Ayu adalah ketua ekskul PMR tahun ini. Ia yang memberi ide untuk acara penggalangan dana yang juga direncanakan akan dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dan beberapa orang penting daerah sekitar sekolahnya. Sudah setengah jam pengurus-pengurus PMR yang lain menunggu Ayu. Mereka mulai kesal karena Ayu memang kurang bisa ditugaskan dalam urusan seperti ini.
Setelah sekian lama menunggu, Ayu pun keluar dari ruangan guru, “Guys, ada kabar baik dan ada kabar buruk.” Serentak semua pengurus PMR menoleh kearah Ayu. “Pak Amir setuju kegiatan kita buat membantu orang-orang gak mampu di sekitar sini, tapi Pak Amir gak setuju tentang ide penggalangan dana kita. Sorry banget, gue udah coba banget jelasin dan memohon sama beliau, tapi beliau tetep gak ngasih izin.” Dunia bak berhenti bagi para pengurus PMR. Mereka sudah merencanakan acara ini sejak lama dan sudah disiapkan matang-matang. Tapi hanya karena Ayu yang tidak dapat membujuk Pak Amir, acara itu kemungkinan besar akan gagal. “Aduuuhhh… Ayu.. Ayu! Lo emang susah diandalin! Udahlah, yuk bubar aja! Penantian kita sia-sia!” Seru seorang pengurus PMR. Seketika hampir semua pengurus PMR membubarkan diri, kecuali Ardi dan Prisil. Ayu merasa sangat terpukul. Semua usaha yang sudah ia kerahkan agar acara ini dapat berhasil tidak disambut dengan baik oleh teman-temannya. “Udah yu, gausah dipikirin. Masih ada gue sama Ardi yang bakal bantu lo ngomong ke Pak Amir lagi.” Kata Prisil menenangkan. “Yaudah, besok kita ngomong lagi ya ke Pak Amir, jangan sedih lagi yu” Kata Ardi. “Oke, maaf banget ya, usaha kita terancam gagal gara-gara gue.” Ayu benar-benar terpukul. Ia merasa dunianya hancur sesaat.
Esok harinya, Ayu, Prisil dan Ardi mencoba kembali berbicara kepada Pak Amir. Atas bantuan kedua temannya, akhirnya Pak Amir mengizinkan berjalannya acara itu. Pak Amir juga akan turut berperan dalam terlaksananya acara penggalangan dana itu. Para pengurus PMR pun kembali bersemangat untuk bekerja walaupun masih sedikit kesal dengan Ayu.
“Untung ada Ardi sama Prisil! Kalo enggak, gagal deh acara ini!” “Duh, gimana sih kerjanya si ketua?” “Susah banget ya diandalin ketua PMR kita ini!” berbagai hujatan masih terdengar panas di telinga Ayu ketika mereka menyusun acara yang akan digelar 3 bulan yang akan datang ini. Karena tidak kuat dengan hujatan teman-temannya, disalah satu rapat Ayu pun meminta teman-temannya untuk memperhatikannya sejenak. “Guys, gue tahu kalau gue sempet ngecewain kalian. Tapi please maafin gue. Gue juga mau ngelakuin semua tugas-tugas lo buat acara ini, asal kalian maafin gue.” “mmm.. boleh juga tuh tawarannya. Gimana guys, kalian setuju kan? Hitung-hitung kita gak usah lembur lagi hahaha..” Kata seorang penguru PMR.  Hampir semua pengurus PMR pun setuju. Lagi-lagi hanya Prisil dan Ardi yang tidak setuju. “Oke, gak apa-apa. Mulai besok, semua tugas kalian gue yang ngerjain. Kalian tinggal terima jadi. Thanks ya udah maafin gue.” Kata Ayu lega. “Yu, lo serius? Engga deh, gue sama Prisil bakal bantu lo besok dan seterusnya.” Kata Ardi. Tapi Ayu menolak tawaran Ardi.
Keesokan harinya, Ayu bekerja lembur dari pulang sekolah hingga petang. Ayu tidak menyadari kalau ternyata Ardi mengawasinya di saat dia bekerja. Ardi sangat sedih melihat Ayu yang bekerja sendirian, ditambah lagi wajah Ayu yang terlihat sangat letih. Hari-hari berikutnya pun sama dengan hari sebelumnya. Ayu terlihat lebih letih. Ia mengetik semua proposal, menghubungi orang-orang yang bersangkutan, merencanakan konsep acara, melakukan survey ke tempat-tempat yang akan dituju dan mengerjakan tugas-tugas lain sendirian.
Ardi dan Prisil tidak tega melihat keadaan Ayu yang semakin memburuk karena terlalu banyak tugas yang harus Ayu kerjakan sendirian. Suatu hari, Ardi dan Prisil memberanikan diri mendekati Ayu dan membujuk agar Ayu mau menerima bantuan mereka. “Mmmmm.. oke, gue terima bantuan kalian. Tapi inget ya, gue gak maksa kalian buat bantu gue.” Akhirnya Ayu mau menerima bantuan Ardi dan Prisil. Hari-hari berikutnya, dengan sedikit bantuan, Ayu, Ardi dan Prisil mengerjakan tugas yang setengahnya sudah dikerjakan Ayu sendirian.
 Setelah tiga hari mereka bersama-sama mengerjakan tugas-tugas itu, mereka pun memutuskan untuk istirahat selama satu hari. Tetapi keputusan ini dilanggar oleh Ayu. Ketika Ardi dan Prisil sudah pulang dari sekolah, Ayu mengerjakan tugasnya sendirian. Tapi ternyata itu bukanlah suatu keputusan yang tepat. Karena terlalu lemah dan letih, Ayu malah jatuh pingsan di ruang PMR tanpa seorang pun mengetahuinya. Ayu baru diketahui pingsan oleh satpam sekolah, Ayu pun diantar pulang oleh satpam sekolah. Keesokan harinya Ia tidak masuk sekolah. Begitu juga hari berikutnya. Akhirnya Ardi dan Prisil mengetahui kabar sakitnya Ayu dari satpam sekolah, “Eh eh.. kalian teman-temannya Ayu, kan?” Kata Pak Satpam. “Iya Pak, ada apa ya Pak?” “Kalian tau gak kemarin lusa Ayu pingsan di ruang PMR? Kok dia Cuma sendirian?” “Hah? Pingsan? Ya ampun, pasti dia capek banget! Beneran pak? Makasih ya kabarnya!”
Ardi dan Prisil berencana menjenguk Ayu esok hari. Tapi ternyata Ayu sudah kembali sekolah keesokan harinya. “Yu, lo pingsan ya tiga hari lalu? Kenapa?” Kata Prisil “Hah? Oh itu, mmm.. iya gapapa, Cuma capek kok.” “Beneran? Soalnya emang beberapa hari ini muka lo pucat banget. Lo emang butuh istirahat.” “Iya, dua hari ini juga gue udah istirahat kok, nanti kita kerjain bareng lagi ya” Kata Ayu meyakinkan kepada teman-temannya kalau ia baik-baik saja. Hari itu pun mereka survey ke daerah-daerah kumuh di sekitar sekolah mereka. Esoknya lagi, mereka memberikan proposal-proposal yang sudah mereka buat kepada tamu-tamu yang akan diundang. Hari berikutnya, mereka membeli alat-alat yang akan dipakai dalam acara tersebut. Begitu pula hari-hari berikutnya. Mereka semakin sibuk, semakin letih, semakin memiliki banyak pekerjaan.
Hari-hari pun berlalu, Ayu makin tampak kurang sehat. Ia semakin sering lembur dan tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Akhirnya, acara itu pun akan segera digelar. Dua hari lagi acara akan dimulai. Namun keadaan Ayu makin memburuk, Ia sangat kelihatan tidak sehat. Wajahnya pucat dan matanya sayu. Teman-teman pengurus PMR yang lain pun meminta maaf kepada Ayu, mereka merasa karena mereka lah Ayu menjadi tampak tidak sehat.
 “Yu, maafin kita ya, gara-gara kita, lo jadi sakit gini.” “Enggak, bukan salah kalian kok. Gue aja yang gak bisa ngatur waktu buat istirahat.” “Maaf ya Yu, hari ini kita bakal bantu lo ngerjain semuanya. Oh iya, kalo lo gak kuat, lo gak usah jadi pimpinan acara ini. Lo istirahat aja” “Gak apa-apa. Gue masih kuat kok, gue juga udah nyiapin speech buat acara ini.”
Setelah pulang sekolah pun mereka kembali bekerja bersama. Disela-sela kesibukan yang sangat riuh, Ayu tiba-tiba keluar dari ruangan aula tempat dimana akan diadakan acara itu, Ardi yang sempat melihat Ayu segera mengajak Prisil untuk membuntuti Ayu. Mereka mendapati Ayu sedang memasuki ruang PMR. Ardi dan Prisil pun menunggu di depan pintu ruang PMR sampai Ayu keluar. “Eh, Kalian? Ngapain disini?” “Hah? Enggak, mau ngambil sesuatu di ruang PMR. Lo ngapain?” “Oh, mmm.. enggak hehe iseng aja, gue duluan ya” Kata Ayu. Karena penasaran, Ardi dan Prisil pun masuk ke ruang PMR. Ardi mendapati sebotol obat yang bertuliskan milik Ayu. Sepengetahuan Ardi, obat itu semacam obat keras penghilang rasa sakit. Ardi segera menunjukkannya pada Prisil, mereka berpikir Ayu sudah terjerumus kearah yang tidak benar, memakai narkotika. “Jadi, Ayu terlihat kayak orang sakau gara-gara ini?” mereka pun bergegas menemui Ayu.
“Yu, ini punya lo?” “I… I.. iya..” “apa-apaan sih lo Yu? Ini kan obat keras. Lo gak nge-drugs kan?” Seketika air mata Ayu jatuh, ia pun memeluk Prisil dan Ardi. “Gue gak nge-drugs. Gue emang butuh obat itu, buat penyakit gue. Gue kanker darah. Sejak tiga bulan lalu, gue udah divonis umur gue gak lama lagi. Tapi demi lancarnya acara ini dan supaya gue kuat menjalani hari-hari berat ini, gue makan obat keras itu.” Dunia seakan runtuh bagi Prisil dan Ardi. Mereka pun ikut meneteskan air mata mereka. Semua pengurus PMR pun mendengar isak tangis mereka dan ikut bersedih ketika mendengar kabar tentang Ayu ini.
Hari ini, kegiatan yang sudah ditunggu- tunggu pun digelar. Semua sudah siap seperti rencana. Acara demi acara terlaksana. Kondisi Ayu semakin memburuk. Pupilnya membesar, bibirnya mulai berubah warna. Pori-pori kulitnya pun mulai mengeluarkan darah. Tapi Ia tidak mau putus asa, ia tetap hadir dan memberi pidato di depan para tamu undangan. Kini  Seorang pembawa acara memandu acara dengan hikmat, “Sekarang, mari kita dengarkan sambutan dari Ketua PMR kita, Sekar Ayu, kami persilahkan.
 Ayu pun perlahan menaiki podium. Ia menatap para tamu undangan dengan wajah penuh senyum sebelum memulai pidatonya, “Assalamualaikum, salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih kepada para hadirin yang sudah menyempatkan waktunya untuk hadir di acara penggalangan dana ini. Singkat kata, Saya hanya ingin menyampaikan tujuan dari acara ini, kami selaku kelompok PMR dari sekolah ini akan mengadakan santunan  dan pendonoran darah kepada orang-orang yang membutuhkan. Kami mengharapkan bantuan para hadirin sekalian, mengingat banyak diluar sana orang-orang yang sangat membutuhkan uluran tangan kita untuk menghadapi penyakit-penyakit mereka yang beraneka macam. Kami juga… uhhhmm.. hhhmmm.. mmmm..” Kata-kata Ayu tiba-tiba tersendat. Ia memegangi kepalanya yang sakit luar biasa. Hidungnya mengeluarkan darah, wajahnya semakin pucat, ia berniat turun dari podium, tapi sebelum Ia sempat turun dari podium, Ia terjatuh terjerembab diatas podium, dan segera ditolong oleh teman-temannya. Mereka menelepon ambulance untuk membawa Ayu ke rumah sakit. Namun, semua sudah terlambat. Denyut nadi Ayu tak lagi terasa. Nafasnya tak lagi terdengar. Pupil matanya mulai membesar menutupi lensa matanya. Suhu tubuhnya turun drastis. Ayu telah tiada. Ditengah-tengah acara yang sangat ia nantikan. Belakangan baru diketahui ide Ayu untuk acara ini karena Ia sering bertemu orang-orang yang tidak mampu ketika berobat ke berbagai macam rumah sakit. Niatnya sangat tulus kepada orang-orang yang memiliki penyakit yang sama dengannya. Andai saja teman-temannya mengetahui penyakitnya lebih awal. Mereka akan melewati masa-masa yang indah dengan Ayu sebelum Ayu kembali ke sisi Yang Maha Kuasa.


SEKIAAAAAN~ panjang yahh? lumayanlah saya juga pegel kok nulisnya, baca sama nulis masih pegelan mana hayooooo? :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar